1.
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
PMRI merupakan suatu pendekatan yang diadopsi dari Belanda yang bernama RME (Realistic Mathematics Education). RME itu sendiri dikembangkan berdasarkan pemikiran Hans Freudenthal yang mengatakan bahwa matematika merupakan aktivitas manusia (mathematics as a human activity). Freudenthal juga berpendapat bahwa siswa tidak dapat dipandang sebagai penerima
pasif matematika yang sudah jadi. Pendidikan matematika harus
diarahkan
pada penggunaan berbagai situasi dan kesempatan yang memungkinkan siswa menemukan kembali (reinvention) matematika berdasarkan usaha merekasendiri. Dalam RME dunia nyata digunakan sebagai titik awal untuk pengembangan ide dan konsep matematika.
pada penggunaan berbagai situasi dan kesempatan yang memungkinkan siswa menemukan kembali (reinvention) matematika berdasarkan usaha merekasendiri. Dalam RME dunia nyata digunakan sebagai titik awal untuk pengembangan ide dan konsep matematika.
Matematika
sebagai aktivitas manusia berarti manusia harus diberi kesempatan
untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika dengan bimbingan
orang dewasa. Upaya ini dilakukan melalui penjelajahan berbagai
situasi dan persoalan-persoalan realistik. Realistik dalam hal ini
dimaksudkan tidak mengacu pada realitas saja, tetapi juga pada
sesuatu yang dapat dibayangkan oleh siswa. Prinsip penemuan kembali
dapat diinspirasi oleh prosedur-prosedur pemecahan informal,
sedangkan proses penemuan kembali menggunakan konsep matematisasi.
Ada
dua jenis matematisasi yang diformulasikan oleh Treffers,
yaitu
matematisasi horisontal dan vertikal. Berdasarkan keberadaan
matematisasi horisontal dan vertikal, pendekatan dalam pendidikan
matematika dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu pendekatan:
mekanistik, empiristik, strukturalistik, dan realistik. Pendekatan
mekanistik merupakan pendekatan tradisional yang tidak memperhatikan
matematisasi horisontal dan vertikal. Pendekatan empiristik adalah
suatu pendekatan yang menekankan pada matematisasi horisontal, tetapi
mengabaikan matematisasi vertikal. Pendekatan strukturalistik
merupakan pendekatan yang menekankan matematisasi vertikal, tetapi
mengabaikan matematisasi horisontal. Pendekatan realistik adalah
suatu pendekatan yang menggunakan masalah realistik sebagai pangkal
tolak pembelajaran. Melalui aktivitas matematisasi horisontal dan
vertikal diharapkan siswa-siswa dapat menemukan dan mengkonstruksi
konsep-konsep matematika.
Pendidikan
Matematika Realistik (PMR) merupakan teori belajar mengajar dalam
matematika yang memiliki konsep dasar dan karakteristik yang berbeda
dengan yang lain. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
merupakan adopsi dari Realistic
Mathematis Education (RME)
yang sudah dikembangkan dan disesuaikan dengan konteks Indonesia,
sehingga. PMRI bukanlah sekedar jiplakan dari RME yang dikembangkan
di negara asalnya.
2.
Pengertian
Pendidikan Matematika Realistik (PMR)
Pendidikan
Matematika Realistik (PMR) adalah pendidikan matematika yang
dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai
titik awal pembelajaran.. Masalah-masalah realistik digunakan sebagai sumber munculnya
konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal.
Pembelajaran ini sangat berbeda dengan pembelajaran matematika selama
ini yang cenderung berorientasi kepada pemberian
informasi
dan menggunakan matematika yang siap pakai untuk menyelesaikan
masalah-masalah.
Oleh
karena matematika realistik menggunakan masalah realistik sebagai
pangkal tolak pembelajaran, maka situasi masalah perlu diusahakan
benar-benar kontekstual atau sesuai dengan pengalaman siswa-siswi,
sehingga mereka dapat menyelesaikan masalah dengan cara-cara informal
melalui matematisasi horisontal. Cara-cara informal yang ditunjukkan
oleh siswa-siswi digunakan sebagai inspirasi pembentukan konsep atau
aspek matematiknya, kemudian ditingkatkan ke matematisasi vertikal.
Melalui proses matematisasi horisontal-vertikal diharapkan
siswa-siswi dapat memahami atau menemukan konsep-konsep matematika
(pengetahuan matematika formal).
- Prinsip Prinsip PMR
Ada
tiga prinsip utama dalam PMR, yaitu penemuan kembali terbimbing
(guided
reinvention)
dan matematisasi progresif (progressive
mathematization);
Fenomenologi didaktik (didactical
penenomenology),
serta mengembangkan model-model sendiri (self
developed models).
Penjelasan singkat dari prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut:
- Penemuan kembali terbimbing (guided reinvention) dan matematisasi progresif (progressive mathematization), artinya dalam mempelajari matematika, perlu diupayakan agar siswa-siswi mempunyai pengalaman dalam menemukan sendiri berbagai konsep, prinsip matematika.
- Fenomenologi didaktik (didactical penenomenology), artinya bahwa dalam mempelajari konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan materi-materi lain dalam matematika, para peserta didik perlu bertolak dari fenomena-fenomena kontekstual, yaitu masalah-masalah yang berasal dari dunia nyata, atau setidak-tidaknya dari masalah yang dapat dibayangkan.
- Mengembangkan model-model sendiri (self developed models), artinya bahwa dalam mempelajari konsep-konsep atau materi-materi matematika yang lain melalui masalah-masalah kontekstual, siswa-siswi perlu mengembangkan sendiri model-model atau cara menyelesaikan masalah tersebut.
- Karakteristik PMRDe Lange juga mengungkapkan bahwa teori PMRI terdiri dari 5 (lima) karakteristik (Zulkardi, 1999) yaitu :a. Penggunaan konteks nyata (real context) sebagai starting point dalam pembelajaran untuk dieksplorasi.b. Penggunaan model-model.c. Penggunaan hasil belajar siswa dan kontruksi.d. Interaksi dalam proses belajar atau interaktivitas.e. Keterkaitan (connection) dalam berbagai bagian dari materi pelajaran.
Source:
http://growol.blogspot.com/2011/12/pendekatan-pmri-pendidikan-matematika.html
http://h4mm4d.wordpress.com/2009/02/27/pendidikan-matematika-realistik-indonesia-pmri-indonesia/
PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI,
PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI,
PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI,
PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI,
PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI,
PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI,
PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI,
PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI,
PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI,
PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI,
PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI,
PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI,
PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI,
PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI, PMRI,
0 comments:
Post a Comment