Friday, May 3, 2013

Berkiblat ke Belanda




Negara yang didirikan pada tahun 1815 dikenal dengan Koninkrijk der Nederlanden atau kerajaan tanah-tanah rendah,  kini menjadi ikon sebagai negara maju di Eropa. Belanda dengan jumlah penduduk 16.690.000 jiwa pada tahun 2011 dengan luas wilayah 41.526 km2 tumbuh sebagai negara yang telah menjadi “kiblat” bagi negara-negara lain dalam bidang teknologi, ekonomi,  pendidikan, dan lainnya.
Dalam bidang teknologi misalnya, Belanda adalah satu-satunya negara yang “menyulap” separuh daerah yang digenangi oleh air laut menjadi pemukiman penduduk  dengan bantuan kincir angin. Kincir angin digunakan untuk memompa air melewati tanggul ke laut.  Berkat keberhasilan Belanda mengubah pantai menjadi lahan untuk kehidupan manusia, kini banyak negara yang mengikuti jejak Belanda untuk mengubah pantai menjadi tempat tinggal seperti reklamasi di Cao Fe Dian Tian Jin – Cina, reklamasi di Song Do – Korea Selatan, reklamasi di Kansai – Jepang, reklamasi pantai di Dubai dan rencana reklamasi pantai di Utara Jakarta– Indonesia. Negara-negara tersebut adalah negara yang memanfaatkan pantai sebagai lahan pemukiman, lahan bisnis atau wisata layaknya Belanda yang telah lakukan. Selain itu, dalam bidang teknologi banyak penemu-penemu penting yang berasal dari Belanda misalnya Cornelius van Drebbel sebagai penemu kapal selam, Anthony Van Leuwenhook sebagai penemu lensa, Zacharias Janssen sebagai penemu mikroskop, dan  H. Lippershey sebagai penemu teleskop.

Dalam hal ekonomi, Belanda dikenal sebagai pintu gerbang ekonomi di Eropa, hal ini dibuktikan dalam rentang 1962-2004, pelabuhan Rotherdham pernah dijuluki sebagai pelabuhan terbesar di dunia. Pelabuhan ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat pelabuhan barang, namun juga sebagai pelabuhan kapal-kapal pesiar kelas dunia. Selain terkenal dengan pelabuhannya, dalam rangka mendukung perekonomian negara,  Belanda juga membangun bandara Schipol, bandara ini mengalahkan bandara Heathrow di Inggris, bandara Frankfurt di Jerman karena bandara Schipol di tahun 2012 telah dinobatkan sebagai bandara terbaik di Eropa berdasarkan survey yang dilakukan oleh Skytrax.

Belanda maju dalam hal teknologi dan ekonomi tidak lepas dari peran pendidikannya. Banyak ahli-ahli pendidikan di Belanda yang telah menjadi pembaharu pendidikan di dunia, salah satunya adalah Hans Freudenthal. Ia adalah seorang matematikawan. Pada tahun 1973, Freudenthal melakukan sebuah terobosan dengan mengembangkan sebuah pendekatan pembelajaran yang dikenal dengan Realistic Mathematics Education (RME). RME dikembangkan atas pandangannya bahwa mathematics is human activity. Pendekatan yang ia kembangkan kini telah diadopsi oleh beberapa negara seperti Amerika, Afrika Selatan, Portugal, Inggris, Jerman, Spanyol, Brazil, Jepang, Malaysia dan Indonesia. Khusus di Indonesia pendekatan RME dikenal dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Selain mengadopsi, 10 mahasiswa Indonesia juga diberikan beasiswa setiap tahunnya khusus untuk mempelajari RME di negeri kincir angin ini. Selain itu, Belanda juga memberikan berbagai jenis beasiswa untuk generasi Indonesia berkat kerjasama  Neso dengan Dikti, sehingga setiap tahunnya  lebih dari 200 mahasiswa dikirim ke Belanda.


Referensi:
Fauzan, A. (2002). Applying Realistic Mathematics Education  (RME) in Teaching Geometry  In Indonesian Primary Schools, Desertation: Eschende
Hadi, S. (2002). Effective Teacher Professional Development  for The Implementation of Realistic Mathematics Education in Indonesia. University of Twente, Enschede
http://www.antaranews.com/en/news/87218/indonesia-lecturers-study-realistic-math-in-Netherlands
http://thestudenthq.blogspot.com/2012/05/belanda-sebagai-pintu-gerbang-ekonomi.html
http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/article/kincir-angin-unik-banyak-manfaatnya
http://id.wikipedia.org/wiki/Belanda
http://katsuga.xtgem.com/NAMA%20NAMA%20PENEMU%20DUNIA
http://www.scribd.com/doc/112205285/Reklamasi-Pantai-Dubai

0 comments:

Post a Comment